Konsultasi

Minggu, 26 Februari 2012

PANDUAN PELAKSANAAN SP-PTT 2012

PENDAHULUAN 1.1. Inovasi Teknologi Dalam upaya pengembangan PTT di Kabupaten Bogor, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan meluncurkan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Panduan Pelaksanaan SL-PTT padi ini dimaksudkan sebagai : 1. Acuan dalam pelaksanaan SL-PTT padi dalam upaya peningkatan produksi beras pada tahun 2012 di tingkat Kabupaten Bogor 2. Pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan pelaksanaan program peningkatan produksi padi melalui SL-PTT 3. Acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha taninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi 4. Pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan dan kesejahtraan petani padi. 1.2. Tujuan, dan Prinsif Tujuan Penerapan PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestaria lingkungan. Prinsip PTT mencakup empat unsure, yaitu integrasi,interaksi, dinamis dan partisipatif.  PTT mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT, dan Iklim untuk mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar- besarnya bagi petani.  PTT berdasarkan pada hubungan sinergis atau interaksi antara dua atau lebih komponen teknologi produksi.  PTT bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologi dan penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani. Oleh karena itu PTT selalu bercirikan spesifik lokasi. Teknologi yang dikembangkan melalui pendekatan PTT senantiasa mempertimbangkan lingkungan fisik, biofisik, iklim dan kondisi social ekonomi petani setempat.  PTT juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani untuk memilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada penyuluh dan petani untuk emnyampurnakan PTT, serta menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain. KOMPONEN DAN RAKITAN TEKNOLOGI 2.1. Komponen Dasar Komponen taknologi dasar adalah komponen teknologi yang relative dapat berlaku umum di wilayah yang luas, ANTARA LAIN : 1) Varietas modern Varietas Unggul baru(VUB), Varietas Unggul hibrida (VUH), dan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) 2) Bibit bermutu dan sehat(perlakuan benih) 3) Pemupukan efisien menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), Perangkan Uji Tanah Sawah (VUTS) dan Permentan No.40/OT.140/4/2007 tentang pemupukan spsifik lokasi. 4) PHT sesuai OPT sasaran 2.2. Komponen Pilihan Komponen teknologi pilihan yaitu komponen teknologi spsifik lokasi, antara lain : 1) Pengelolaan taaman yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan dll) 2) Bibit muda umur 14 hari setelah sebar (HSS) atau 21 HSS 3) Pupuk Organik, , pupuk kandang 4) Irigasi berselang(perbaikan aerasi tanah) 5) Pupuk Organik Cair, pupuk bio – hayai, ZPT, pupuk mikro 6) Penanganan Panen dan Pasca Panen 2.3. Rakitan Teknologi Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses pemilian atau perakitannya didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau dikenal dengan PRA (Participatory Rural Apraisal) Dari PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapan teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama di wilayah setempat. Alur perakitan komponen teknologi PTT dapat dilihat berikut ini. Contoh Kasus Penerapan PTT Pada tahun 2008 PTT diterapkan dalam Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu di desa Pandansari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Dari PRA teridentifikasi, masalah yang berkaitan denganupaya peningkatan produksi padi, kemudian diintroduksikan komponen teknologi untuk memecahkan masalah tersebut tersebut yang merupakan rakitan PTT spesifik lokasi di desa Pandansari seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Prioritas masalah dan introduksi komponen teknologi untu pemecaha masalah di desa Pandansari Kecamatan Ciawi. Rangking Masalah Solusi introduksi komponen teknologi I Hama dan Penyakit Tikus,Keong Mas, Penggerek Batang, Kepinding tanah PHT, gropyokan,sanitasi, pestisida II Kesuburan tanah belum diketahui Analisa Tanah III • Umur bibit yang ditanam pindah bervariasi • Sistim tanam belum baik Menggunakan bibit muda 15 – 18 hari setelah sebar Perbaikan sistim tanam dengan jajar legowo 4:1, 20x10 cm IV  Pengelolaan Air belum baik  Penyediaan dan harga Saprodi tidak seimbang dengan harga gabah hasil panen P3A Mitra Cai diaktifkan, pengairan berkala, penertiban pola tanam Rekayasa Kelembagaan Petani dan Pendukung Sesuai dengan masalah yang dihadapi di lapang, maka teknologi yang akan dikembangkan dengan pendekatan PTT di desa Pandansari Ciawi adalah : 1). PHT yang mencakup teknik gropyokan, sanitasi, dan pestisida; 2). Bibit muda berumur 15 – 18 HSS; 3. Perbaikan cara tanam dengan jajar legowo 4 : 1, 20 x 10 cm ; 4). Pemupukan berimbang berdasarkan hasil analisis tanah; 5). Pengairan berkala ; dan 6). Penertiban Pola Tanam. 2.4. SL-PTT 2.4.1. Definisi SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar – mengajarnya dilakukan di lapangan . Hamparan sawah milik petani peserta program penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek SL disebut Laboratorium Lapang(LL). Sekolah Lapang seolah – olah menjadikan petani peserta sebagai murid dan Pemandu Lapang(PLI atau PL II) sebagai guru. Namun pada Sekolah Lapang tidak dibedakan antara guru dan murid, karena aspek kekeluargaan lebih diutamakan, sehinngga antara guru dan murid saling member pengetahuan. SLPTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi Pra dan Pasca kegiatan, dan sertivikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perlu dilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luas lahan sawah garapan, pembukuan , dan studi banding atau kunjungan lapangan(field trip) 2.4.2. Sasaran dan Tujuan Tujuan Utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau nara sumber lainnya. Narasumber memberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah dikembangkan kepada pemandu lapang. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan ,penyebaran teknologi PTT dan peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. 2.4.3. Azas Beberapa Azas SL-PTT yang perlu dipahami oleh pemandu dan petani peserta SL-PTT adalah sebagai berikut : 1) Sawah sebagai sarana belajar. Keterampilam yang dituntut dari petani peserta sekolah lapang dalam menerapkan PTT adalah keterampilan membawa PTT ke lahan usahataninya sendiri dan lahan petani yang lain. Oleh karena itu petani peserta SL-PTT akan menghabiskan hamper seluruh waktunya untuk menerapkan teknologi di lapang dan hanya sebagian kecil waktu yang digunakan di kelas untuk membahas aspek yang terkait dengan usaha tani, seperti koperasi, gapoktan, kelompok tani dan pemasaran hasil. 2) Belajar lewat pengalaman da penemuan sendiri. Sesuai dengan motto petani SL-PTT”Mendengar, Saya lupa; melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai” maka setiap kegiatan yang di lakukan sendiri akan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petani dituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian menyimpulkan dan menindak lanjutinya. kesimpulan yang telah dibuat merupaka dasar dalam melakukan perubahan dan atau pengembangan teknologi. 3) Pengkajian agroekosisten sawah SL-PTT dicirikan dengan adanya pertemuan petani peserta dalam periode tertentu, mingguan atau dua mingguan, bergantung kepada pengalaman mereka setelah mengamati perubahan ekosisitem pesawahan. Aktivitas minggun berupa monitoring yang hasilnya diperlukan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu petani peserta SL-PTT perlu didorong untuk membiasakan diri menganalisis ekosisten dan mengkaji produktifitas dan efektivitas teknologi yang dicoba pada petak laboratorium lapang dan menerapkannya di lahan sendiri 4) Metode belajar praktis Aktivitas SL-PTT perlu dirancang sedemikian rupa agar petani mudah memahami masalah yang dihadapi dilapangan dan menetapkan teknologi yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya , bagai mana petani mengetahui kondisi tanaman yang kurang pupuk, hubungan antara iklim dan keberadaan OPT, atau bagai mana mereka dapat mengetahui kesuburan tanah. Dalam memberikan panduan dan motivasi kepada petani, pemandu SL-PTT harus mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa yang mus=dah dipahami petani. 2.4.4. Kurikulum berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan Kurikulumdirancang atas dasar analisis keteramplan yang perlu dimiliki petani SL-PTT agar mereka dapat memahamidan menerapkan PTT di lahan sendiri dan mengembangkannya kepada petani lainnya. Selain keterampilan teknis, petani peserta SL-PTT juga memperoleh kecakapan dalam perencanaan kegiatan, kerja sama, dinamika kelompok, pengembangan materi belajar, dan komunikasi. Hal ini penting artinya mampu memotivasi dan membantu kelompok tani. 2.4.5. Prinsif Pendidikan dalam SL-PTT Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya dilaksanakan berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu materi pendidikan yang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup Aspek yang diperlukan oleh kelompok tani di wilayah pengembangan PTT. Dalam kaitan itu tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian :  Aspek teknologi : keterampilan dan pengetahuan Dalam SL-PTT, petani memberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager di lahan usha taninya sendiri seperti : analisis Ambang ekonomi hama dan penyakit tanaman, analisis peurbahan iklim, analisis kecukupan hara bagi tanaman, dan efesiensi penggunaan air dengan system pengairan berselang.  Aspek hubungan antar petani : interaksi dan komunikasi SL-PTT mendorong petani untuk dapat bekeja sama, melakukan analisis secara bersama-sama, diskusi, dan berkomunikasi dengan santun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain.  Aspek pengelolaan : manager dilahan usaha tani sendiri. Dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai meng analisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. 2.5. Prose belajar melalui pengalaman Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisa masalah yang terjadi, dan menyimplkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi maupun non materi, maka merekan akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim berikutnya. Petani merasa bangga setelah memahami dan menerapkan kajian sendiri di lahan sendiri dengan hasil diatas rat-rata, apalagi kalau menjadi yang terbaik di lingkungan sendiri. Karena itu petani perlu didorong untuk menghasilkan karya yang lebih baik. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1. Persiapan Kegiatan dalam persiapan SL-PTT meliputi pemilihan desa dan hamparan lahan sawah 25 ha beserta kelompok tani, pemilihan petani peserta, tempat dan areal Laboratorium lapang untuk proses pembelajaran seluas 1 ha, bahan dan alat belajar, materi dan waktu belajar. Kegiatan persiapan ini dibahas dalam pertemuan di tingkat desa/kecamatan dan ditingkat kelompok tani , Mengikutsertakan Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat, Penyuluh Pertanian,POPT, Ketua Gapoktan, ketua kelompok tani,Ketua P3A , dan tokoh wanita tani. a. Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan diperlukan untuk memperoleh dukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan dalam hal penentu lokasi,jumlah dan nama calon peserta. Pada pertemuan ini juga ditentukan waktu pertemuan di tingkat kelompok tani. Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kecamatan mengikutsertakan Camat,KCD,POPT dan Penyuluh Pertanian untuk menentukan desa yang akan dipilih dalam penyelenggaraan SL-PTT. Pertemuan di tingkat kecamatan dan desa dilaksanakan 4 – 5 minggu sebelum SL-PTT dimulai penentuan calon lokasi SL-PTT atara lain : • Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering • Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa • Unit SL-PTT diusahakan agar berbeda dalam satu hamparan yang strategis dan mudah dijangkau pertain serta dipasang papan pelaksanan SL atau LL • Letak lokasi Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1ha ditempat yang sering dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya. b. Pertemuan di tingkat kelompok tani Pertemuan ditingkat kelompok tani merupakan upaya dalam menginventarisasi kelompok tani, nama,dan luas garapan masing-masing petani di kawasan SL-PTT seluas 25 ha. Dalam pertemuan dibicarakan waktu pelaksanaan SL-PTT , kegiatan mingguan, lokasi laboratorium lapang,tempat belajar, materi pelajaran dan PRA. Dalam pertemuan di tingkat kelompok tani juga dilakukan pembagian kelompok(unit SL-PTT) menjadi sub kelompok yang terdiri dari 20 – 30 petani. Pertemuan di tingkat kelompok tani dilaksanakan paling lambat 3 minggu sebelum SL-PTT dimilai. Penentuan calon petani/ kelompoktani antara lain :  Kelompok tani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan  Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru.  Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT  Kelompok tani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pelaksana Penyululan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Persyaratan kelompok tani pelaksana SL-PTT  Kelompok tani tersebut disyahkan oleh Kepala Desa dan mempunyai ke pengurusan yang lengkap yaitu ketua, sekertaris dan bendahara  Telah menyusun RUK dan RDKK sebagaimana terlihat dalam lampiran 5 dan 6 Kelompok tani yang termasuk dalam kelompok tani penerima bantuan SL-PTT yang telah ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertnian,Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor.  Memiliki rekening di Bank Pemerintah yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki harus buka rekening di Bank  Membuat surat pernyataan dan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya sebagai mana terlihan dalam lampiran 7  Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT 3.2. Proses Pelaksanaan Kegiatan SL-PTT a. Pelaksanaan Proses Belajar dalam SL-PTT berlangsung secara periodik menurut stadia tanaman, aktifasi pengelolaan hama dan penyakit tanaman padi, dan kemungkinan terjadinya anomali iklim. Untuk itu ,pertemuan periodik dimulai beberapa minggu sebelum tanam, untuk melihat potensi, kendala, dan peluang, melalui pelaksanaan PRA Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat tanaman padi dalam fase anakan maksimum , primordial, bunting, berbunga, pengisian bulir, panen, dan pasca panen. Proses belajar mengajar pada SL-PTT dilakukan pada pagi hari salama 6 jam, agar petani peserta mempunyai waktu untuk mencari nafkah dan kegiatan lainnya. Sebagai pedoman , disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jadwal Pertemuan pada SL-PTT dalam satu hari Waktu Menit Kegiatan 07.00 – 07.15 07.15 – 08.00 08.00 – 09.00 09.00 – 10.00 10.00 – 10.30 10.30 – 10.45 10.45 – 11.15 11.15 – 11.45 11.45 - 12.00 15 45 60 60 30 15 30 30 15 Kesepakatan hasil yang ingin dicapai pada hari itu Pengamatan agro ekosisitem di sawah SL dan di LL(Komponen yang diamati tergantung pada fase Pertumbuhan lapangan) Menggambar keadaan Agro ekosistem Diskusi Sub kelompok (proses Analisis) Pemaparan kesimpulan dan keputusan tiap sub kelompok Rehat Dinamika Kelompok ( mengakrabkan peserta) Topik Khusus Evaluasi pencapaian hasil hari itu Waktu dapat disesuaikan dengan kesepakatan petani SL-PTT b. Pengamatan pada agroekosistem Setiap sub kelompok peserta SL- PTT diwajibkan melakukan pengamatan terhadap kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanaman masing – masing . Aspek yang diamati anatara lain adalah kondisi cuaca, keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya, tingkat kerusakan tanaman, tingkat kehijauan warna daun padi dengan BWD, jumlah anakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun contoh yang diamati disarankan paling sedikit 20 rumpun untuk memudahkan perhitungan tingkat kerusakan tanaman oleh hama pemakan daun. Hasil Pengamatan dicatat dalam buku catatan yang telah disiapkan. c. Pengamatan pada petak laboratorium lapangan Setelah mengamati kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanaman masing-masing, setiap subkelompok peserta SL-PTT diharuskan pula melakukan pengamatan terhadap agroekosistem dan pertumbuhan tanaman pada petak Laboratorium lapang ,dan hasil pengamatan dicatat. d. Menggambar keadaan agroekosistem Setiap subkelompok peserta SL-PTT dituntut mampu menggambar keadaan agroekositem yang digunakan pada dua lembar kertas gambar(karton manila) Lembar pertama untuk menggambarkan agroekosistem lahan sawah SL-PTT dan lembar kedua untuk agroekosisten Labolatorium Lapang. Gambar agroekosistem dibuat pada saat pengamatan dan berisikan potret pertanaman dan Aspek yang mempengaruhi, bagaimana dan apa yang akan digambar? • Tulis terlebih dahulu di kiri atas kertas gambar nama sub kelompok, tanggal pengamatan, dan fase tanaman. • Gambarkan tanaman padi dengan jumlah anakan rata-rata hasil pengamatan dari 20 rumpun, lebih baik menggunakan pensil berwarna, sesuai dengan warna tanaman, misalnya hijau agak kekuningan, ada garis hijau di tulang daun, dsb. Beri catatan di sebelah kiri gambar tentang tinggi tanaman, umur setelah tanam tanggal semai, tanggal tanam, dan kegiatan yang telah dilakukan pada minggu yang lalu. • Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan serangga hama dan musuh alaminya disebelah kanan gambar. Tuliskan nama dan rata-rata kerusakan tanaman (…%) dari 20 rumpun. • Jika ditemukan penyakit pada saat pengamatan, gambarkan pula penyakit tanaman padi dan gejalanya, lalu catat tingkat kerusakannya (..%) tanaman yang disebabkan oleh penyakit tersebut. • Kalau ditemukan gejala kekurangan hara pada saat pengamatan, gambarkan gejala tanaman yang mengalami kekurangan hara. • Gambarkan pula jenis dan nama gulma yang ditemukan, dan catat kodisi populasinya. • Catat lingkungan fisik lahan, air, matahari, dan faktor iklim lainya seperti keadaan cuaca, hujan, gerimis,berawan,dsb. e. Diskusi Kelompok Dua gambar agroekosisitem yang dibuat sesuai dengan hasil pengamatan pada lahan sawah sekolah lapang dan petak laboratorium lapang didiskusikan di sub kelompok masing-masing. Intisari dari diskusi tersebut dibuat dalam bentuk tabel sebagai mana dicontohkan pada table 2. Data yang disajikan pada tabel tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada setiap peserta SL-PTT di masing-masing sub kelompok, sehingga tahu apa yang harus dilakukan pada lahan sawah mereka. Dalam diskusi, pemandu memberikan penjelasan dan menghimpun umpan balik dari peserta tentang kegiatan usaha tani, misalnya sumber pupuk tunggal atau pupuk majemuk, dan untung – rugi setiap kegiatan yang dilakukan. Tabel 2. Contoh analisis perbandingan agroekosisten lahan sawah SL-PTT dengan Laboratorium Lapang dan tindak lanjutnya Sub Kelompok Sawah SL-PTT Petak LL Keputusan di sawah SL* 1. Warna daun nilai 3 Airtergenang < 5 cm Populasi hama di atas ambang setelah dikoreksi dengan musuh alami Keparahan penyakit di bawah ambang Warna daun nilai 5 Air tergenang < 5 cm Populasi hama dibawah ambang setelah dikoreksi dengan musuh alami Keparahan penyakit dibawah ambang Tambah pupuk Kendalikan + II Warna daun nilai 3 Air tergenang < 5 cm Populasi Hama dibawah ambang setelah dikoreksi dengan musuh alami Keparahan penyakit dibawah ambang ekonomi Warna daun nilai5 Air tergenang < 5 cm Populasi hama di bawah ambang setelah di koreksi dengan musuh alami Keparahan penakit dibawah ambanh ekonomi Tambah pupuk + + + II dst dst dst III dst dst dst IV dst dst dst V dst dst dst + Catatan : Bila sama analisis agroekosistem di sawah SL dan LL., maka diberi nilai + pada keputusannya, sebagai penghargaan prestasi bagi kelompok tani. f. Diskusi Pleno Dalam diskusi pleno setiap kelompok diberi kesempatan melaporkan hasil analis agroekosistem secara singkat, lugas, dan tegas. Kesimpulan dari diskusi ini digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh sub kelompok, terutama yang terkait dengan pertanaman di lapang. Keputusan ditetapkan oleh ketua/wakilketua subkelompok,terutama untuk mencegah pertanaman dari kerusakan. Diskusi pleno memberikan kesempatan kepada petani peserta SL-PTT untuk berani berbicara dan mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Hal ini penting artinya untuk melatih petani berbicara didepan umum. Bila dikemudian hari ada kunjungan aparat dari dinas pertanian atau intansi lainnya. Dalam hal ini , pemandu hanya berperan sebagai fasilitator. g. Topik khusus Topik khusus yang dibicarakan dalam pertemuan adalah masalah non teknis, misalnya kelangkaan pupuk dan cara mengatasinya, dukungan gapoktan setempat, dsb. Bila tidak ada permasalahan khusus, pemandu hendaknya mengambil ininsiatif agar diskusi dapat berlangsung hangat. Hal yang dibicarakan dapat berupa perkiraan munculnya hama pada musim tertentu,field trip, rencana pembentukan organisasi,penangkaran benih, dsb. h. Dinamika Kelomok Kegiatan Dinamika Kelompok diperlukan untuk menambah wawasan peserta SL-PTT tentang beberaa hal, seperti kerja sama, komunikasi, dan orgnisasi. Pada awal pembentukan kelompok atau sub kelompok, tugas utama pemandu adalah menciptakan suasa yang mendukung para peserta untuk saling mengenal, termasuk pemandu sendiri. Kegiatan dinamika kelompok juga dimaksudkan untuk menumbuhkan kekompakan dan keinginan peserta menjadi petani yang dinamis, luwes dalam bergaul, saling mendukung, dan saling memberi pengalaman. Beberapa permainan yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut antara lain adalah : 1. Perkenalan dan pengakraban : permainan rantai nama; menggambar wajah;membuat barisan; kapal tenggelam; dan Samson Delilah. 2. Penyegaran suasana : permainan Tolong tangkap; pecah balon; dan ikuti saya 3. Kreatifitas : permainan Sembilan titik ; potong sebanyak mungkin ; berapa bujur sangkar; dan penjepit kertas. 4. Kerjasama : Permainan menggambar rumah; bermain tali ; saling percaya; dan membimbing tuna netra. i. Studi khusus Agar peserta SL-PTT dapat memahami konsep, prinsip,dan inplementasi teknologi PTT secara benar, maka perlu materi penunjang berupa studi khusus yang bersifat praktis, sederhana, mudah dilaksankan, waktu relative singkat, dan dapat cepat menjawab permasalahan petani. Studi khusus dapat dilakukan di petak sekolah lapang, bergantung pada kesepakatan subkelompok. Dalam hal ini, yangmelakukan studi adalah petani sendiri. j. Praktek petani di lahan sekolah lapang Dengan adanya pertemuan mingguan, petani peserta SL-PTT akan datang di petak laboratorium lapang untuk melakukan pengamatan dan menganalisis mengenai masalah yang terjadi. Mereka diharapkan dapat membandingkan masalah tersebut dengan kenyataan yang ada di lahan sekolah lapang. Bila terdapat perbedaan penampilan tanam antara laboratorium lapang dengan lahan sekolah lapang harus dapat menjadi acuan bagi petani. k. Temu Lapang Petani Sebelum panen, petani peserta SL-PTT dianjurkan untuk mengadakan temu lapang sebagai media komunikasi antara petani dengan aparat dari dinas terkait, peneliti,petani non SL-PTT, dan masyarakat tani pada umumnya. Acara ini diperlukan dalam upaya memperkenalkan PTT dan alih teknologi kepada masyarakat di sekitar SL-PTT . Pada saat Temu lapang, peserta sekolah lapang menampilkan proses SL-PTT, hasil kajian,analisis agroekosistem. Organisasi kelompok tani, dan diskusi di lapang pada saat pertanaman akan di panen. l. Pengorganisasian SL-PTT Setiap desa SL-PTT dipandu oleh pemandu lapang (Penyuluh Pertanian,POPT, dan Peneliti) Peserta adalah petani dalam kawasan 25 ha. Petani dibagi kedalam beberapa sub kelompok tani yang jumlahnya sekitar 20 -30 orang per sub kelompok. Dari 25 hektar lahan SL-PTT, 24 ha diantaranya dikelola oleh sub kelompok tani dan sisanya 1 ha untuk Laboratorium lapang dikelola oleh pemandu lapang atau petuagas PL –II dari Dinas atau Balai Pengkajian setempat. m. Sarana dan Prasarana Kelompok tanidipilih berdasarkan criteria : • Sentra produksi padi • Respon terhadap inovasi baru • Luas hamparan adalah 25 ha untuk padi inbrida dan 15 ha untuk padi hibrida • Air pengairan terjamin sepanjang musim • Memiliki anggota aktif • Hamparan dekat jalan mudah dilintasi kendaraan roda 4, dan menjadi lalulintas petani. n. Petani Peserta Petani peserta dipilih berdasarkan kriteria  Bisa membaca dan menulis  Usia produktif  Berasal dari satu hamparan 25 ha  Sangggup mengikuti SL-PTT selama 1 musim  Mempunyai lahan garapan o. Tempat belajar Peserta SL-PTT menghabiskan hampir 85 % waktunya untuk belajar di lapang, hanya 15 % waktunya digunakan untuk belajar di ruangan atau tempat lain (di pasar untuk diskusi harga dll) p. Lahan Belajar petani Lahan adalah di petak laboratorium lapang diimplementasikan pada lahan sawah miliknya sebagai lahan sekolah lapang q. Bahan dan alat belajar Bahan dan alat belajar yang digunakan harus bersifat praktis, sederhana, mudah didapat, terdiri dari alat tulis berwarna, bahan praktek, Petunjuk lapang, alat praga, dll r. Sertifikat Peserta yang berhasil menyalesaikan SL-PTT perlu diberi sertifikat dengan tingkat kelulusan yang berbeda, misalnya sangat memuaskan dan memuaskan, setelah melalui proses wawancara tetang keterampilan pelaksanaan penerapan PTT dan mengikuti pertemuan minimal sebanyak 80%. BAB IV EVALUASI DAN PENUTUP 4.1. EVALUASI Evaluasi proses belajar (alih teknologi) dilakukan untuk mengetahui tingkat kehadiran, aktifitas, dan pemahaman peserta terhadap meteri yang dipelajari dalam SL-PTT, serta taingkat implementasinya di lahan sekolah lapang. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan, wawancara langsung, pengisian matrik penanda adopsi teknologi dan matrik kualitas seperti disajikan dalam lampiran 3. 4.2. PENUTUP Peningkatan produktivitas padi melalui pendekatan SL - PTT merupakan salah satu strategi yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produksi Padi Nasional(P2BN) Pendekatan ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung oleh semua pihak, termasuk pemangku kepentingan baik di hulu, on farm, maupun hilir, dan pelaksanaannya terkoordinasi secara sinkron dan sinergis di setiap tingkat, mulai dari pusat, provinsi, Kabupaten, kecamatan,hingga ke tingkat desa Dengan pendekatan tersebut SL-PTT diharapkan tersosialisasi secara luas dalam upaya percepatan pengembangan PTT secara nasional. Untuk menambah pengalaman dan wawasan, para pemandu SL-PTT disarankan membaca publikasi yang terkait dengan PTT, seperti Petunjuk Teknis PTT, deskripsi varietas, dan masalah lapang hama, penyakit, dan hara padi yang sudah diterbitkan. Lampiran 1. Daftar topik khusus SL-PTT NO Pertemuan ke Umur Tanaman Kegiatan dan topik khusus Sumber buku 1. M - 4 ± 28 hari Sebelum tanam Pupuk Organik Pembuatan POC(Pupuk Organik Cair) Pupuk dan Pemupukan 2. M- 3 ± 21 Sebelum tanam PRA dan penentuan pola tanam.Identifikasi masalah dan introdusi komponen teknologi Petunjuk PRA 3. M- 2 ± 14 Sebelum tanam Pengolahan Tanah Aplikasi Pupuk Organik, Penentuan Varietas,Pembuatan pesemaian dan perlakuan benih Juknis PTT Deskripsi varietas padi 4. M - 1 ± 7 Sebelum tanam Konsep PHT, Cara menggunakan PUTS PHT Padi Manual PUTS 5. 1 O Hari Sistem tanam, cara tanam, pupolasi dan umu bibit, Pengatuan irigasi, Konsep pupuk beriimbang, kondisi cuaca Juknis PTT Permentan no.40 6. 2 ± 7 hari setelah tanam Pengenalan bahana kimia pertanian, Pemupukan dasar PHT padi; Juknis PTT 7. 3 ± 14 hari setelah tanam Fase anakan aktif, cara menggunakan BWD, Mengenal hama dan penyakit tanaman padi , dan musuh alami Buku padi Juknis PTT PHT padi 8. 4 ± 21 hari setelah tanam Pengendalian Gulma terpadu Siklus hidup dan jarring-jaring makanan serangga Juknis PTT PHT padi 9. 5. ± 28 hari setelah tanam Pemupukan susulan , Pengenalan kahat hara Juknis PTT 10. 6. ± 35 hari setelah tanam Pencegahan OPT dan pertumbuhan populasi tikus PHT padi 11. 7. ± 42 hari setelah tanam Ambang Ekonomi OPT PHT Padi 12. 8. ± 49 hari setelah tanam Anatomi Primordia bunga Pemupukan susulan Buku Padi Juknis PTT 13. 9. ± 56 hari setelah tanam Perkembangan malai dan bunga Racun dalam pertanian Aspek kesehatan Buku Padi PHT Padi 14. 10. ± 63 hari setelah tanam Pemakaian PPC/POC /ZPT Pupuk dan Pemupukan 15. 11. ± 70 hari setelah tanam Pase masak susu Demontrasi keracunan pestisida Buku Padi PHT Padi 16. 12. ± 77 hari setelah tanam Sarana Penggerak Masyarakat PHT Padi 17. 13. ± 85 hari setelah tanam Fase masak fisiologi Pestisida yang dilarang untuk Padi Buku Padi PHT Padi 18. 14 Panen Fase Masak Penuh Perhitungan hasil Buku Padi PHT Padi Lampiran 2. Acuan analisis agroekosistem sebagai penanda pencapaian adopsi komponen teknologi Area pengelolaan Komponen teknologi Manfaat Kriteria penanda pencapaian adopsi komponen teknologi Anjuran budidaya Perencanaan sebelum tanam Penggunaan Varietas unggul Varietas unggul baruanjuran memberikan peluang untuk mencapai target peningkatan produktivitas Varietas padi yang digunakan adalah varietas anjuran Pilih salah satu varietas yang dianjurkan ditingkat kabupaten Penggunaan benih bermutu dan bibit sehat Benih bermutu menghasilkan bibit yang sehat dengan perakaran lebih banyak akan tumbuh lebih cepat merata. Benih berlabel biru lebih murni, lebih bersih dan lebih seragam dengan daya kecambah paling rendah 85% Benih berlabel biru pada kemasan dan daya tumbuh tinggi. Pemisahan benih bernas dilakukan dengan teknik pengapungan Pisahkan dan buang benih yang apabila direndam dalam air garam atau abu dapur mengapung dipermukaan air Umur bibit muda Bibit muda umur kurang dari 21 hari Setelah Sebar (HSS) berpeluang menghasilkan anakan lebih banyak dan stress tanaman rendah karena kerusakan akar minimal. Bibit yang ditanam pindah umur kurang dari 21 HSS Tanam pindah bibit kurang dari umur 21 hari HSS Pemeliharaan tanaman Pengelolaan Tanaman untu mendapatkan rumpun tanaman optiml Jumlah rumpun tanaman optimal akan menghasilkan anakan lebih banyak malai permeter persegi, member peran besar untu pencapaian target hasil tinggi. Tandur jajar legowo meningkatkan hasil dan menekan hama penyakit Jullah rumpun tanaman permeter persegi pada 14 hari setelah tanam : Legowo 21- 40, Tegel 16 – 25 Jumlah minimal anakan perumpun pada awal pembentukan malai : Legowo 9 – 18, Tegel 15 - 23 Jumlah benih yang disemai ditentukan oleh system tanam, umut bibit dan jumlah bibit perumpun, Tandur jajar Legowo. Pemupukan berimbang Pemupukan Nitrogen sesuai dengan kebutuhan dan pemupukan P dan K sesuai dengan status hara akan meningkatkan efesiensi imput dan membuat tanaman sehat Warna daun tanaman di atas ambang dari pembacaan BWD tidak terlihat khahat, keracunan,, Jumlah rumpun tanaman optimal tercapai. Pemupuksn evisien menggunakaan BWD dan VUTS Pengendalian Hama teroadu sesuai OPT Sasaran Jika Serangan Burung, Tikus Atau Hama Penyakit Mencapai 10% Menyebabkan berkurangnya anakan produktif dan jumlah malai bernas. Hasil yang diperoleh akan menurun. Pengendalian gulma sangat penting pada periode awal sampai 30 hari setelah tanam. Pastikan tidak ada kehilangan hasil karena hama dan Penyakit Terapkan berbagai teknik pengendalian bertahap sesuai stadia tanaman. Lakukan pengamatan kendalikan dengan pestisida ramah lingkungan apabila kondisi melebihi ambang kendali. Kendalikan gulma saat tanaman muda secara manual, landak maupun herbisida. Perbaikan aerasi tanah Mikro organisme tanah dan akar tanaman akan tmbuh dengan baik Pematang sawah cukup tinggi dan saluran irigasi yang memasok air ke hamparan baik. Lakukan penggenangan dan pengeringan petakan sawah secara bergantian Penambahan bahan Organik Penambahan bahan organik memperbaiki tekstur tanah , disaping Jerami padi tidak dibakar, Bahan orgnik ditambahkan ke sawah dengan dosis 2 ton/ ha Jerami padi tidak dibakar. Tambahkan bahan organic bukan sebagai sumber hara utama, tetapi sebagai pembenah tanaman Pupuk Cair atau suplamen lainnya Menunda daun Sencsccn dan mengurangi kerusakan daun akibat nreksi patogen Dilakukan aplikasi pupuk cair/ seplamenlainna sesuai dengan dosisi anjuran Aplikasi keadaan memungkinkan dapat dilakukan aplikasi pupuk organic Cair/suplamen lainnya. Panen dan Pasca Panen Penanganan Panen dan Pasca Panen Panen telalu awal menyababkan gabah hampa, gabah hijau, dan bulir kapur tinggi. Penen terlambat menyebabkan kehilangan hasil karena gabah rontok di lapangan dan meningkatkan beras patah saat di penggilingan. Untuk mendapatkan mutu gabah yang lebih baikn dan harga yang lebih tinggi , kadar air gabah harus secapatnya diturunkan agar terhindar dari kerusakan . Penundaan perontokan 1 – 2 hari menurunkan mutu gabah dan miningkatkn kehilangan hasil, terutama jika terjadi hujan waktu penumpukan padi setelah panen. Panen dilakukan bila 1- 5 dari malai atau 4 – 5 gabah pada bagian malai telah mengeras. Perontokan gabah paling lama 1 – 2 hari setelah panen. Panen pada waktu yang tepat. Lampiran 3. Matrik kuwalitas untuk kegiatan latihan SL-PTT Kegiatan Tahapan Catatan Petunjuk kualitas APA INI? Dialog yang memperhatikan fungsi Proses Pertanyaan Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan. Jawab menolong peserta menemukan fungsi. Mendorong munculnya analisa kritis Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan tidak dijawab, akan tetapi dibahas dengan pertanyaan-pertanyaan yang emnyelidiki lebih jauh. Petanyaan-pertanyaan yang ditanya oleh pemandu mengarah pada hubungan fungsional(mis. Antara hama da musuh alami atau antara hama dan tanaman yang ada dalam agro ekosistem Hasil Petani menemukan sendiri jawaban atas pertanyaannya. Para apeserta mampu menyebutkan hubungan fungsional dalam agroekosisitem AGROEKOSISTEM Merupakan kegiatan utama guna mengembangkan pemahaman tentang konsep PTT yang baik dan besar, seperti misalnya Pemilihan komponen teknologi Pengamatan mingguan. Analisa keadaan sawah. Pengambilan keputusan Pelaksanaan PRA Peserta dijelaskan bagai mana melakukan PRA Peserta dan Pemandu melakukan transek. Peserta mengamati dan mencatat sumber daya yang tersedia, kendala biofisik dan memikirkan peluang pemecahan. Sebelum kegiatan dimulai para peserta diberitahu tentang tujuan kegiatan dan proses yang baru diikuti dalam kegiatan peserta memahami kondisi lapangan. Para peserta mencatat apa apa yang mereka amati. Peserta aktif berdiskusi. Terpilih komponen teknologi yang sesuai. Analisa gambaran Agroekosistem Pertanyaan, Permasalahan dan scenario-sekenario diajukan oleh pemandu kepada para peserta. Maksudnya adalah untuk mendukung adanya diskusi dan analisa secara mendalam tentang keadaan lapangan dan memecahkan masalah Sebelum kegiatan dimulai para peserta diberitahu tentang tujuan kegiatan dan proses yang harus diikuti dalam kegiatan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan keputusan dan analisa Pemandu membantu peserta mencapai tujun tersebut. TOPIK KHUSUS Untuk beberapa aspek PHT(biologi, ekologi dan ekonomi) Tujuannya Para peserta jelas mengenai maksud dan tujuan kegiatan ini Sebelum kegiatan berlangsung, pemandu menerangkan tujuan dan proses kegiatan topik khusus. Proses Para peserta jelas mengenaiapa yang harus dilakukan. semua peserta aktif Selama kegiatan berlangsung para peserta terlibat dan berpartisipasi secara aktif. Kegiatan kelompok tidak didominasi oleh satu orang peserta maupun pemandu. Hasil Para peserta mencapai tujuan kegiatan. Peserta menganalisa kegiatan yang dilakukan dengan dibantu pertanyaan-pertanyaan pemandu sehingga peserta tahu apa yang telah dilakukan. Para peserta dapat menyajikan hasil kegiatan dan meringkas apa yang sudah dilakukan dalam kegiatannya. Peserta dapat menerangkan apa yang telah meraka pelajari dari kegiatan yang sudah dilakukan Pemandu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu peserta untuk memahami kegiatan yang sudah dilakukan, menerapkan apa yang sudah mereka pelajari kedalam”kehidupannyata” DINAMIKA KELOMPOK Untuk memperbaiki keterampilan bekerjasama dan pemecahan masalah Proses Pemandu menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan sebelum kegiatan dimulai. Sarana belajar tersedia sebelum kegiatan dimulai Wktu kegiatan cukup Sebelum kegiatan berlangsung penandu memberitahu peserta tentang tujuan dan proses kegiatan yang akan dilakukan. Semua peserta telibat aktif dalam kegiatan. Analisa Pemandu mengajukan pertanyaan untuk membantu para peserta dalam menganalisa kegiatan. Diskusi mengenai apa yang dilakukan dalam kegiatan, point-point yang penting, dan apa yang dipelajari oleh peserta. Pemandu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untu membantu peserta mamhami kegiatan yang yang dilakukan dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari kedalam “kehidupan nyata” Hasil Para peserta benar - benar memahami kerjasama maupun pengambilan keputusan Para peserta dapat menerangkan apa yang telah mereka pelajari dari kegiatan yang sudah dilakukan. BALLOT-BOX Proses evaluasi yang dapat digunakan sebagai “Pre – tes” dan “Post – tes” untuk menilai keterampilan di lapangan Persiapan Pertanyaan berdasarkan keadaan lapangan setempat memperhatikan fungsi-fungsi yang ada dalam ekologi sawah, bukan nama serangga atau produk. Apabila digunakan untuk pre-tes dan post-tes maka kedua-duanya menilai tingkat keterampilan sama Soal – soal benar-benar berdasarkan pengetahuan dan keterampilan lapangan Nam-nama latin tidk digunakan Hasil Sebagai sarana pendorong belajar dan evaluasi kegiatan Pemandu menggunakan sebagai sarana pendorong belajar dan memperhatikan serta mempertimbangkan isinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar